30 September 2009

Kuping Mbenging... Muncul di Saat Stres


Saat badan kelelahan atau beban pikiran dan stres meningkat, muncul suara seperti gemuruh air terjun, berdengung atau berdenging dari dalam telinga. Hampir bisa dipastikan, Anda menderita tinitus. Apakah ada obatnya? Pernahkan Anda mendengar kerabat atau teman yang mengeluh tentang gangguan pendengaran yang dialaminya. Atau Anda sendiri mungkin pernah atau sedang mengalaminya. Timbulnya suara asing yang mengganggu pendengaran sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan sampai dapat mengganggu lelapnya tidur seseorang.

Jenis suara asing yang timbul dapat bermacam-macam, Ada yang seperti air terjun, dengungan (nada rendah) atau dengingan (nada tinggi) dengan intensitas ringan sampai keras, atau suara mendesis yang berasal dari dalam telinga.

Gangguan yang lebih dikenal dengan istilah tinitus ini, tidak digolongkan sebagai penyakit, tapi lebih dikategorikan sebagai gejala dari suatu penyakit atau kondisi tertentu. Tinitus yang berasal dari kata “tinnire” yang artinya “membunyikan” dapat diklasifikasikan menjadi tinitus obyektif dan subyektif. Tinitus obyektif bila bunyi yang didengar oleh penderita juga dapat didengar oleh dokter yang memeriksa, dan bersifat subyektif bila bunyi hanya didengar oleh penderitanya saja.


Seperti yang diakui Dennis, salah seorang penderita tinitus, hobi berenang yang dilakukannya saat SMP sebagai penyebab dari tinitus. “Dulu telinga saya sering kemasukan air saat berenang dan saya lalai tidak segera mengeluarkannya, akibatnya telinga saya infeksi terus-menerus. Bahkan kata dokter saraf telinga saya sudah rusak,” jelasnya.

Lain lagi pengalaman Esti yang menderita tinitus sudah dua tahun. Kebiasaannya mendengarkan musik melalui ear phone dengan volume keras membuat pendengarannya kini berkurang dan mengalami tinitus.

Menurut Dr. Imam Megantara, SpTHT penyebab tinitus memang beragam, antara lain gangguan keseimbangan cairan dalam telinga, infeksi dan peradangan, penyakit yang menyerang tulang-tulang pendengaran dan gendang telinga, penyakit hipertensi, kelainan pembuluh darah, tumor saraf pendengaran, trauma akibat bising, trauma tulang temporal, atau penyakit Meniere’s.

Tinitus dapat berasal dari empat bagian telinga yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah, telinga bagian dalam dan otak sebagai pusat pendengaran. Makin dalam letak penyebabnya, makin sulit penanganannya.

Penyebab tersering dari tinitus abnormal adalah rusaknya ujung saraf pada telinga bagian dalam. Sedangkan penyebab yang paling sederhana adalah menempelnya kotoran telinga (serumen) di gendang telinga. Kebiasaan mengorek kotoran telinga dengan cotton bud dapat mendorong kotoran ke gendang telinga. Untuk menghindarinya, disarankan untuk tidak mengorek telinga sendiri. Lebih baik datang kepada dokter THT secara rutin tiap 6 bulan atau setahun sekali untuk membersihkan telinga.
Beberapa obat juga diduga dapat menyebabkan atau memperparah tinnitus. Misalnya antibiotik jenis kloramfenikol, eritromisin, tetrasiklin, obat diuretik, obat malaria, dan aspirin yang terlalu banyak (lebih dari 12 tablet per hari).

Rusaknya ujung saraf pada telinga bagian dalam, penyebab tersering dari tinitus abnormal.Penderita tinitus biasanya kelompok usia produktif dan orang tua. Proses penuaan menjadi faktor penting dari rusaknya susunan saraf dalam telinga. Data statistik yang dimiliki National Centre for Health Statistics di Amerika, sekitar 32% orang dewasa pernah mengalami tinitus pada suatu saat tertentu dalam hidupnya, dan 6 % nya sangat menganggu. Sedangkan di Inggris, 17% populasi juga memiliki masalah tinitus.

Perlu diketahui, tidak semua tinitus abnormal. Pada kasus tinitus yang normal, seseorang mendengar bunyi dari dalam tubuh, misalnya suara pernafasan, detak jantung, dan aliran darah. Intensitas bunyi ini sekitar 25-30 dB. Tinitus baru menjadi gejala jika suara yang didengar intensitasnya >30 dB. “Suara air terjun di telinga saya ini cukup menggangu aktivitas saya. Paling susah kalau harus berbicara dengan orang yang suaranya kecil. Saya harus membaca gerak bibirnya karena suara air terjun di telinga saya lebih besar daripada suara orang itu,” kata Dennis.

Agar. tidak bertambah parah, Dennis berkonsultasi dengan dokter. Dokter menanyakan riwayat penyakit yang pernah dideritanya, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan beberapa tes penunjang seperti tes garpu tala. Hasil pemeriksaan tersebut akan dipakai oleh dokter untuk menentukan kualitas dan kuantitas dari tinitus.

Bila ternyata penyebab tinitus belum diketahui, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan pendengaran atau audiogram. Pola hilangnya fungsi pendengaran dari hasil pemeriksaan audiogram dapat dijadikan pegangan oleh dokter untuk menentukan penyebab tinitus.

Pemeriksaan lain yang lebih akurat untuk menentukan penyebab tinitus adalah Auditory Brain Stem Response (ABR), CT Scan dan MRI. Sayangnya pemeriksaan tersebut masih jarang dikarenakan besarnya biaya pemeriksaan.

Walaupun pemeriksaan tinitus banyak jenisnya, banyak pula kasus tinitus tidak dapat diidentifikasi penyebabnya. Alhasil, penanganan yang tepat sulit dilakukan dan pasien terpaksa mengalami tinitus sepanjang hidupnya.

Dr. Imam Megantara, SpTHT menjelaskan sampai saat ini belum ada obat yang spesifik untuk tinitus. Tapi beberapa jenis obat dapat memberikan perbaikan seperti vitamin B kompleks, golongan anti depresan, obat anestesi lokal seperti lidokain.

Ada pula stimulasi listrik pada area tulang temporal dan gendang telinga, dengan keberhasilan yang bervariasi dalam mengurangi tinnitus. Modifikasi diet, akupunktur, dan oksigen hiperbarik juga dapat dipertimbangkan sebagai terapi alternatif untuk mengontrol tinitus.

Pembedahan/operasi dapat dilakukan bila penyebab tinitus karena pertumbuhan tulang telinga bagian tengah yang berlebih (otoskerosis), kerusakan koklea, dan tumor. Operasi implantasi koklea untuk menanam alat bantu dengar pada tulang temporal dapat dilakukan untuk menggantikan fungsi koklea sebagai organ pendengaran.

Tim dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) medio Juli lalu berhasil melakukan operasi implantasi koklea. Di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk operasi seperti ini sudah sering dilakukan sejak Juli 2002. “Kami telah berhasil menangani 50 pasien,” kata Dr Sosialisman, SpTHT.

Pada kasus tinitus yang tidak diketahui penyebabnya, yang dapat dilakukan adalah mengurangi tinitusnya. Misalnya dengan terapi musik yang ditujukan untuk mengalihkan perhatian si penderita dari suara berdenging ke suara musik.

“Oleh dokter, saya disarankan untuk tidak terlalu memikirkan atau fokus pada bunyi di telinga saya dan jangan stres,” kata Esti. “Selain itu olahraga teratur dan istirahat cukup juga sangat penting agar tinitus saya tidak bertambah parah”.

Memang tinitus tidak membahayakan, tapi bagi kebanyakan penderitanya tinitus sangat mengganggu dan sering mempengaruhi kualitas hidup dan pekerjaannya. Tak jarang penderita menjadi kurang percaya diri dalam pergaulan sosialnya bahkan sampai mengalami depresi.

Tapi tidak perlu khawatir, tinitus tidak menurun dan bisa dicegah. Caranya menggunakan penutup telinga atau pelindung telinga bila anda terpaksa berada di lingkungan yang bising. DGR (Berita Indonesia 70)


Memaknai Tradisi Syawalan


Sepekan usai merayakan hari kemenangan bernama Idul Fitri, umat Islam menggelar acara Syawalan atau Lebaran Ketupat.

Ketupat makanan khas di Hari Raya Idul Fitri Budaya Syawalan biasa disebut dengan Lebaran Ketupat. Orang Jawa menyebutnya dengan Lebaran Kopat atau acara Syawalan. Syawal merupakan nama sebuah bulan dalam kalender Islam. Tradisi ini bagi masyarakat Jawa sudah menjadi ritual rutin yang digelar sepekan setelah Idul Fitri atau setelah menjalankan puasa syawal selama enam hari. Secara harfiah, ketupat merupakan jenis makanan yang dibuat dari pembungkus pelepah daun janur berbentuk hati yang di dalamnya berisi beras yang sudah matang. Ketupat ini hanyalah merupakan bentuk simbolisasi yang bermakna hati putih yang dimiliki oleh seseorang yang kembali suci.

Ketupat dalam bahasa Jawa diterjemahkan dengan “Laku Lepat” yang di dalamnya mengandung empat makna yakni: lebar, lebur, luber dan labur. Lebar artinya luas, lebur artinya dosa/kesalahan yang sudah diampuni, luber maknanya pemberian pahala yang berlebih, dan labur artinya wajah yang ceria. Secara keseluruhan bisa dimaknai sebagai suatu keadaan yang paling bahagia setelah segala dosa yang demikian besar diampuni untuk kembali menjadi orang yang suci dan bersih.

Berbagai kelompok masyarakat di berbagai daerah mempunyai ciri dan caranya masing-masing dalam memaknai Lebaran Ketupat. Masyarakat yang tinggal di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah misalnya. Sehari menjelang Lebaran Ketupat yang jatuh tiap tanggal 8 Syawal tiap tahunnya, mereka beramai-ramai menyerbu pasar-pasar untuk membeli berbagai keperluan bahan pembuat ketupat. Bila kita berkesempatan ke sana, setiap rumah pasti menyediakan ketupat ini.


Masyarakat Kaliwungu mengawali prosesi Lebaran Kopat atau Syawalan dengan mengunjungi atau menziarahi para makam ulama setempat atau tokoh agama yang sangat disegani dan dihormati, salah-satunya Kyai Asy’ari (Kyai Guru). Setibanya di makam tersebut mereka melakukan ritual keagamaan dengan cara melakukan doa bersama dan sekaligus memperingati wafatnya sang tokoh atau populer disebut dengan khoul. Koentjaraningrat dalam Kebudayaan Jawa (1984: 328) menerangkan bahwa salah satu tradisi dan budaya Islam Jawa yang masih hidup adalah adanya penghormatan kepada makam-makam orang suci, baik ulama atau kyai. Setelah doa selesai digelar, mereka bersama-sama menikmati hidangan yang telah tersedia dengan menu utama berupa hidangan ketupat yang dicampur dengan sayur dan lauk-pauknya.

Sementara masyarakat Desa Krapyak, Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah memperingati Syawalan dengan cara membuat lopis raksasa seberat 5,5 kuintal dengan ketinggian dua meter berdiameter 150 cm. Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1855 M yang pertama kali digelar oleh KH. Abdullah Sirodj yang merupakan keturunan dari Kyai Bahu Rekso. Acara ini digelar sebagai sarana untuk menciptakan kerukunan umat muslim di samping juga sebagai suatu media untuk syiar agama Islam. Ribuan warga rela berdesakan dan saling berebut untuk mendapatkan potongan lopis raksasa tersebut. Konon, siapa yang mendapatkan lopis tersebut akan mendapat berkah, di antaranya, bagi yang masih lajang dipercaya akan secepatnya memperoleh jodoh. Setiap tahun kue lopis semakin besar karena banyaknya warga yang terlibat.

Sedangkan, Masyarakat Jepara, Jawa Tengah menyebut Syawalan dengan Lomban. Prosesinya diawali dari kawasan tempat pelelangan ikan, Ujung Batu, Jepara. Di tempat tersebut masyarakat menyediakan sesaji berupa satu kepala kerbau yang dihiasi dengan pernak-pernik makanan dan sayuran. Setelah melakukan doa bersama yang dipimpin oleh seorang kyai, seluruh sesaji tersebut kemudian diletakkan di atas kapal kecil untuk dilarung di tengah laut. Pada saat itulah makanan sesaji itu menjadi rebutan bagi para nelayan atau masyarakat sekitar. Tradisi ini menurut warga setempat sebagai bentuk ungkapan syukur atas perlindungan dan berkat yang diterima warga Jepara selama satu tahun dan memohon perlindungan dan rezeki berlimpah untuk satu tahun mendatang.

Walau tradisi Syawalan identik dengan masyarakat Jawa, tapi di daerah lain di Indonesia ternyata terdapat juga budaya Syawalan ini. Warga Desa Mamala dan Desa Morela, Kecamatan Laihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku misalnya. Mereka memiliki tradisi unik berupa ritual Pukul Sapu yang berlangsung sejak ratusan tahun silam dan dilaksanakan secara turun-temurun. Budaya ini digelar sebagai simbol kemenangan setelah melaksanakan ibadah puasa selama sebulan dan puasa 7 Syawal. Tradisi ini juga dimaknai sebagai peringatan untuk mengenang perang Kapahaha yang dipimpin Kapitan Achmad Leakawa alias Telukabessy pada zaman penjajahan dulu.

Tradisi Syawalan yang cukup unik justru terjadi di Palembang, Sumatera Selatan. Ratusan pengantin remaja asal Kayuagung ibukota Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dengan iringan musik tanjidor melakukan kirab dengan berjalan kaki sejauh 5 km. Tradisi yang disebut dengan midang morge siwe ini konon telah digelar secara turun temurun oleh sembilan marga masyarakat Kayuagung. Tradisi ini memberikan pertanda telah berakhirnya status mereka sebagai seorang bujang dan gadis untuk diketahui secara luas oleh masyarakat setempat. Dengan status mereka yang baru tersebut sebagai pasangan suami istri, diharapkan tingkah laku mereka harus terjaga. ZAH (Berita Indonesia 60)

25 September 2009

Talok, tanaman favorit di Banjarejo (untuk saat ini!)


Saat ini mungkin hampir 70% warga Jarjo punya pohon Talok, entah siapa yang memulai tapi menarik juga untuk dibahas, apa sih sebenarnya Talok itu....

setelah saya searching-searching di web, buah yang bernama latin Muntingia calabura ini per 100 gram nya memiliki kandungan :

air 76.3 gram,
protein 2.1 gram,
lemak 2.3 gram,
karbohidrat 17.9 gram,
serat 6 gram,
ash 1.4 g,
kalsium 125 mg,
fosfor 94 mg,
vit A 0.015 mg,
vit c 90 mg,
dengan total kalori 380 kj


Sederet gitu!! Hebat ta! Mantappp ta? Pohon yang mudah tumbuh di mana aja (nongol di retakan trotoar sekalipun bisa!), dan nampak tidak ada harganya ini ternyata memiliki kandungan zat-zat yang baik untuk tubuh. Tuhan memang tidak pernah tanpa alasan dalam menciptakan apapun. Subhanallah!

Ilmiahnya (je'ella...) diuraikan seperti dibawah ini :

Nama : KERSEN (TALOK)
Family ELAEOCARPACEAE


Deskripsi

Kandungan Setiap 100 g bagian buah buni yang dapat dimakan kira-kira menggandung: 76,3 g air, 2,1 g protein, 2,3 g lemak, 17,9 g karbohidrat, (,0 g serat, 1,4 g abu, 125 mg kalsium, 94 mg fosfor, 0,015 mg vitamin A, 90 mg vitamin C. Nilai energinya 380 kJ/100 g. Deskripsi Kersen berperawakan pohon kecil yang selalu hijau, tingginya 3-12 m, tumbuh dan berbunga terus-menerus pada ranting-ranting yang mirip kipas; cabang garis-utama menjadi tegak setelah daunnya rontok, jadi pada gilirannya memberi andil pada pembentukan batang (model arsitektur Troll). Percabangannya mendatar, menggantung ke arah ujung, berbulu halus-halus. Daunnya tunggal, berbentuk bundar telur sampai berbentuk lanset, berukuran (4-14) cm x (1-4) cm, dengan pangkal lembaran daun yang nyata tidak simetri; pinggiran daun bergerigi, lembaran daun sebelah bawah berbulu kelabu. Bunga-bunga 1-3(-5) kuntum terletak pada satu berkas yang Ietaknya supra-aksilar dari daun, bersifat hermafrodit, bagian-bagian bunga berbilangan lima; daun mahkotanya berwarna putih; jumlah benang sarinya meningkat dari 10-25 utas pada bunga yang muncul pertama dalam 1 berkas sampai lebih dari 100 utas pada bunga yang muncul terakhir; perkembangan bakal buah di atas (superior ovary) menurun menurut urutan seperti di atas, sehingga dari bunga ketiga sampai yang terakhir umumnya tidak terbentuk buah. Buahnya bertipe buah buni, berwarna merah kusam, berdiameter 15 mm, berisi beberapa ribu biji yang kecil-kecil sekali, terkubur di dalam daging buah yang lembut.

Manfaat

Anak anak sekolah bersaing dengan codot dan burung untuk memperebutkan buahnya yang rasanya manis, yang juga dapat diawetkan, seperti tercermin dari nama daerah Sri Lanka 'jam fruit' (buah selai). Informasi tua. dari Filipina menyatakan manfaat bunga kersen untuk ramuan infus untuk menghilangkan pusing kepala, pilek, dan sebagainya. Kulit kayunya yang mudah dikelupas dapat digunakan sebagai kain pembalut kasar. Pohonnya berfungsi sebagai pohon pelindung pinggir jalan; kayunya lunak dan sangat berguna sebagai kayu bakar.

Syarat Tumbuh

Kersen merupakan jenis pioner yang khas, menjelajah lahan-lahan yang terganggu di dataran rendah tropik, yang dapat mempertahankan pertumbuhan yang sinambung. Kersen dapat tumbuh baik pada ketinggian sampai 1000 m dpl. Di Asia Tenggara, kersen merupakan salah satu jenis pohon pinggir jalan yang umum sekali dijumpai, terutama di wilayah-wilayah yang kering seperti di Jawa bagian timur. Kersen tumbuh sendiri di pekarangan yang terinjak-injak dan sepanjang halaman muka toko, di tempat yang tak ada pohon lain dapat tumbuh. Jenis ini menyenangi pH 5,5-6,5; toleransinya terhadap garam jelek sekali.

Pedoman Budidaya

Pohon kersen umumnya tidak dibudidayakan, tetapi tersebar secara spontan. Pohonnya mulai berbunga pada umur 2 tahun. Cangkokan yang dibuat untuk ditanam di pekarangan dapat langsung berbuah.

Pemeliharaan

Tanah yang kaya dan lembap dapat menjamin produksi yang sinambung, yang dapat dipertahankan melalui pemangkasan pergantian.

Hama dan Penyakit

Menurut laporan tidak ada penyakit dan hama yang berbahaya, selain kelelawar.

menarik bukan?

Puasa Syawal : seperti puasa setahun penuh

Salah satu dari pintu-pintu kebaikan adalah melakukan puasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ …

“Maukah aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, …” (HR. Tirmidzi, hadits ini hasan shohih)

Puasa dalam hadits ini merupakan perisai bagi seorang muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits Qudsi:

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari)

Oleh karena itu, untuk mendapatkan kecintaan Allah ta’ala, maka lakukanlah puasa sunnah setelah melakukan yang wajib. Di antara puasa sunnah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam anjurkan setelah melakukan puasa wajib (puasa Ramadhan) adalah puasa enam hari di bulan Syawal.

Dianjurkan untuk Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sahabat Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)


Pada hadits ini terdapat dalil tegas tentang dianjurkannya puasa enam hari di bulan Syawal dan pendapat inilah yang dipilih oleh madzhab Syafi’i, Ahmad dan Abu Daud serta yang sependapat dengan mereka. Sedangkan Imam Malik dan Abu Hanifah menyatakan makruh. Namun pendapat mereka ini lemah karena bertentangan dengan hadits yang tegas ini. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56)

Puasa Syawal, Puasa Seperti Setahun Penuh

Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا)

“Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal].” (HR. Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil)

Orang yang melakukan satu kebaikan akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang semisal. Puasa ramadhan adalah selama sebulan berarti akan semisal dengan puasa 10 bulan. Puasa syawal adalah enam hari berarti akan semisal dengan 60 hari yang sama dengan 2 bulan. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan syawal akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56 dan Syarh Riyadhus Sholihin, 3/465). Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat ini bagi umat Islam.

Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan dan Dilakukan di Awal Ramadhan ?

Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.” Oleh karena itu, boleh saja seseorang berpuasa syawal tiga hari setelah Idul Fithri misalnya, baik secara berturut-turut ataupun tidak, karena dalam hal ini ada kelonggaran. Namun, apabila seseorang berpuasa syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa syawal.

Catatan: Apabila seseorang memiliki udzur (halangan) seperti sakit, dalam keadaan nifas, sebagai musafir, sehingga tidak berpuasa enam hari di bulan syawal, maka boleh orang seperti ini meng-qodho’ (mengganti) puasa syawal tersebut di bulan Dzulqo’dah. Hal ini tidaklah mengapa. (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin, 3/466)

Tunaikanlah Qodho’ (Tanggungan) Puasa Terlebih Dahulu

Lebih baik bagi seseorang yang masih memiliki qodho’ puasa Ramadhan untuk menunaikannya daripada melakukan puasa Syawal. Karena tentu saja perkara yang wajib haruslah lebih diutamakan daripada perkara yang sunnah. Alasan lainnya adalah karena dalam hadits di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” Jadi apabila puasa Ramadhannya belum sempurna karena masih ada tanggungan puasa, maka tanggungan tersebut harus ditunaikan terlebih dahulu agar mendapatkan pahala semisal puasa setahun penuh.

Apabila seseorang menunaikan puasa Syawal terlebih dahulu dan masih ada tanggungan puasa, maka puasanya dianggap puasa sunnah muthlaq (puasa sunnah biasa) dan tidak mendapatkan ganjaran puasa Syawal karena kita kembali ke perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tadi, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” (Lihat Syarhul Mumthi’, 3/89, 100)

Catatan: Adapun puasa sunnah selain puasa Syawal, maka boleh seseorang mendahulukannya dari mengqodho’ puasa yang wajib selama masih ada waktu lapang untuk menunaikan puasa sunnah tersebut. Dan puasa sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Tetapi perlu diingat bahwa menunaikan qodho’ puasa tetap lebih utama daripada melakukan puasa sunnah. Hal inilah yang ditekankan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin -semoga Allah merahmati beliau- dalam kitab beliau Syarhul Mumthi’, 3/89 karena seringnya sebagian orang keliru dalam permasalahan ini.

Kita ambil permisalan dengan shalat dzuhur. Waktu shalat tersebut adalah mulai dari matahari bergeser ke barat hingga panjang bayangan seseorang sama dengan tingginya. Kemudian dia shalat di akhir waktu misalnya jam 2 siang karena udzur (halangan). Dalam waktu ini bolehkah dia melakukan shalat sunnah kemudian melakukan shalat wajib? Jawabnya boleh, karena waktu shalatnya masih lapang dan shalat sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Namun hal ini berbeda dengan puasa syawal karena puasa ini disyaratkan berpuasa ramadhan untuk mendapatkan ganjaran seperti berpuasa setahun penuh. Maka perhatikanlah perbedaan dalam masalah ini!

Boleh Berniat di Siang Hari dan Boleh Membatalkan Puasa Ketika Melakukan Puasa Sunnah

Permasalahan pertama ini dapat dilihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk menemui keluarganya lalu menanyakan: “Apakah kalian memiliki sesuatu (yang bisa dimakan, pen)?” Mereka berkata, “tidak” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Kalau begitu sekarang, saya puasa.” Dari hadits ini berarti seseorang boleh berniat di siang hari ketika melakukan puasa sunnah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga terkadang berpuasa sunnah kemudian beliau membatalkannya sebagaimana dikatakan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha dan terdapat dalam kitab An Nasa’i. (Lihat Zadul Ma’ad, 2/79)

Semoga dengan sedikit penjelasan ini dapat mendorong kita melakukan puasa enam hari di bulan Syawal, semoga amalan kita diterima dan bermanfaat pada hari yang tidak bermanfaat harta dan anak kecuali yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallaahu ‘alaa nabiyyina Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa sallam.

sumber: muslim.or.id

Halal bil Halal, Tradisi yang Baik

Halal bilhalal adalah istilah yang tersusun dari tiga kata berbahasa Arab, halal- bi- halal. Jika kata halal diartikan ke dalam bahasa Indonesia dengan boleh maka halal bilhalal secara harfiah berarti boleh dengan boleh. Istilah halal bilhalal sendiri tidak dikenal dalam khazanah bahasa Arab bahkan tidak diajarkan oleh Rasulullah SAW, para sahabat dan generasi salafus shaleh.

Istilah dan tradisi halal bilhalal, menurut Ensiklopedi Islam, adalah asli Indonesia yang tidak diketahui siapa pencetusnya. Halal bilhalal mulai diselenggarakan dalam bentuk upacara sekitar akhir tahun 1940-an dan mulai berkembang luas setelah tahun 1950.
Kegiatan halal bilhalal sebenarnya tidak berbeda dengan silaturahim. Yang membedakan, di dalam halal bilhalal ada kewajiban untuk saling maaf-memaafkan dan bersalaman dalam sebuah acara yang khusus diselenggarakan untuk itu. Ini sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang memberikan definisi halal bilhalal sebagai Hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah Ramadhan, biasanya dadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dsb) oleh sekelompok orang.
Kini, halal bilhalal telah menjadi ritual yang sepertinya menjadi keharusan pascalebaran. Acara ini dilakukan mulai dari instansi-instansi swasta dan pemerintah, organisasi, hingga lingkungan rukun tetangga. Di ibukota, aktivitas hari pertama masuk kantor umumnya adalah halal bilhalal antara pimpinan dan karyawan, antara atasan dan bawahan. Ormas-ormas ke daerahan di ibukota juga menjadikan halal bilhalal sebagai agenda wajib di bulan Syawal.
Jika halal bilhalal diselenggarakan sebagai kegiatan silaturahim, tentu banyak manfaat dan pahala yang akan diperoleh. Rasulullah SAW menyatakan bahwa dengan bersilaturahmi maka para pelakunya akan dimurahkan jalan-jalan rezekinya dan dipanjangkan umurnya. Dalam praktiknya, biasanya inisiator, penyelenggara sekaligus sponsor penyelenggaraan halal bi halal berasal dari strata atas, kelompok elite, pimpinan kelompok, pimpinan sebuah instansi atau tokoh yang merasa banyak membuat kesalahan kepada bawahan atau pendukungnya. Halal bi halal juga dijadikan ajang untuk rekonsiliasi sehingga keharmonisan hubungan atas-bawah dan elite-masyarakat tetap terjaga bahkan diharapkan meningkat begitu pula kepentingan-kepentingan yang menempel di dalamnya. Hal ini, dalam batas-batas tertentu tentu merupakan sesuatu yang positif karena menjaga keharmonisan akan berdampak kepada kemashlahatan bawahan atau masyarakat luas.

Halal bihalal, dua kata berangkai yang sering diucapkan dalam suasana Idul Fitri, adalah satu dari istilah-istilah "keagamaan" yang hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia. Istilah tersebut seringkali menimbulkan tanda tanya tentang maknanya, bahkan kebenarannya dari segi bahasa , walaupun semua pihak menyadari bahwa tujuannya adalah mencipakan keharmonisan antara sesama.


Hemat saya, paling tidak ada dua makna yang dapat dikemukakan menyangkut pengertian istilah tersebut, yang ditinjau dari dua pandangan. Yaitu, pertama, bertitik tolak dari pandangan hukum Islam dan kedua berpijak pada arti kebahasan.

Menurut pandangan pertama - dari segi hukum - kata halal biasanya dihadapkan dengan kata haram. Haram adalah sesuatu yang terlarang sehingga pelanggarannya berakibat dosa dan mengundang siksa, demikian kata para pakar hukum. Sementara halal adalah sesuatu yang diperbolehkan serta tidak mengundang dosa. Jika demikian, halal bihalal adalah menjadikan sikap kita terhadap pihak lain yang tadinya haram dan berakibat dosa. menjadi halal dengan jalan memohon maaf.

Pengertian seperti yang dikemukakan di atas pada hakikatnya belum menunjang tujuan keharmonisan hubungan, karena dalam bagian halal terdapat sesuatu yang dinamai makruh atau yang tidak disenangi dan sebaiknya tidak dikerjakan. Pemutusan hubungan (suami-istri, mislanya) merupakan sesuatu yang halal tapi paling dibenci Tuhan. atas dasar itu, ada baiknya makna halal bihalal tidak dikaitkan dengan pengertian hukum.

Menurut pandangan kedua - dari segi bahasa - akar kata halal yang kemudian membentuk berbagai bentukan kata, mempunyai arti yang beraneka ragam, sesuai dengan bentuk dan rangkaian kata berikutnya. Makna-makna yang diciptakan oleh bentukan-bentukan tersebut, antara lain, berarti "menyelesaikan problem", "meluruskan benang kusut", "melepaskan ikatan", dan "mencairkan yang beku".

Jika demikian, ber-hala bihalal merupakan suatu bentuk aktivitas yang mengantarkan pada pelakunya untuk meluruskan benag kusut, menghangatkan hubungan yang tadinya beku sehingga cair kembali, melepaskan ikatan yang membelenggu, serta menyelesaikan kesulitan dan problem yang menghadang terjalinnya keharmonisan hubungan. Boleh jadi hubungan yang dingin, keruh dan kusut tidak ditimbulkan oleh sifat yang haram. Ia menjadi begitu karena Anda lama tidak berkunjung kepada seseorang, atau ada sikap tidal adil yang Anda ambil namun menyakitkan orang lain, atau timbul keretakan hubungan dari kesalhpahaman akibat ucapan dan lirikan mata yang tidak disengaja. Kesemuanya ini, tidak haram menurut pandangan hukum, namun perlu diselesaikan secara baik; yang beku dihangatkan, yang kusut diluruskan, dan yang mengikat dilepaskan.

Itulah makna serta substansi halal bihalal, atau jika istilah tersebut enggan anda gunakan, katakanlah bahwa itu merupakan hakikat Idul Fitri, sehingga semakin banyak dan seringnya Anda mengulurkan tangan dan melapangkan dada, dan semakin parah luka hati yang Anda obati dengan memaafkan , maka semakin dalam pula penghayatan dan pengamalan Anda terhadap hakikat halal bihalal . Bentuknya memang khas Indonesia, namun hakikatnya adalah hakikat ajaran Islam.

Quraish Shihab dikutip dari buku "Lentera Hati": Kisah dan Hikmah Kehidupan", oleh M. Quraish Shihab, Penerbin Mizan, Maret 1995

dari berbagai sumber.