21 April 2010

Mengenal Raden Ajeng Kartini


Mumpung ada momen Hari Kartini, saya akan buat post tentang beliau. Sepak terjangnya penuh inspiratif, semangatnya patut kita teladani dan implementasikan untuk menggapai semua impian kita.

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.

Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi[2], maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Makam R.A. Kartini di Bulu, Rembang.

Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.

Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Sekolah Kartini (Kartinischool), 1918.

Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.( sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini)

20 April 2010

Banjarejo dilanda pagebluk


Beberapa minggu ini mungkin bukan hari-hari yang indah di Banjarejo. Tidak seperti biasanya yang dipenuhi canda tawa ramah penghuninya. Memang, bukan karena perubahan watak sikap warganya, tapi karena estafet warga yang masuk rumah sakit. Tak hayal dari narasumber kami, Lik Totok menyebutnya bahwa Banjarejo dilanda pagebluk. Beberapa nama warga Banjarejo yang ia sebutkan, dan menderita sakit antara lain anak istri Lik Totok, Rangga (putra Pak Yatmin Bengkayang), Heri dan Agus (putra Lik Samto), Om Edy Sumaento, Bu Giyarti, Bu Widji, Bu Nardho, Nisa (Putra Pak Giyanto Bengkayang), dan beberapa nama lagi. Tapi alhamdulillah, ketika info ini kami tulis kondisinya sudah berangsur-angsur normal.

Belajar dari apa yang dialami dan tidak mencoba mencari kambing hitam siapa dan mengapa hal ini bisa terjadi, mungkin salah satu preventif action adalah dengan menjaga kesehatan lingkungan. Seingat saya memang sudah lama warga tidak gotong royong resik-resik, model gotong royongnya cuma mbagun dan mbagun aja terus.

Nah, pastinya jangan tunda-tunda lagi untuk menjaga lingkungan, ya. Banyak cara kok, yang dapat kita lakukan untuk menjaga lingkungan. Kita bisa memulainya dari hal yang terkecil di lingkungan rumah.

Cara-cara itu antara lain :

1. Jangan membuang sampah sembarangan
Kelihatannya ini merupakan hal yang mudah dilakukan. Di mana saja kita berada, kita harus selalu ingat untuk membuang sampah pada tempatnya. Meskipun di rumah kita sudah membuang sampah pada tempatnya, sebaiknya pastikan juga sampah kita dibuang ke tempat pembuangan sampah bukan sungai. Kalau sudah bisa melakukan hal ini, pastinya kita bisa melangkah ke tahap selanjutnya.

2. Kerja Bakti
Kalau membersihkan lingkungan bersama-sama, pastinya lingkungan sekitar akan menjadi bersih, dan bebas dari wabah penyakit.Klo istilah anehnya mungkin deep clean, jadi bukan cuma rumah dan halaman tapi total keseluruhan kampung.

3. Menanam Pohon
Selain dapat membuat rindang lingkungan, pohon juga bisa menetralisir udara kotor, lho. Jadi udara di lingkungan kita bisa terasa segar.

Nah, dengan membersihkan dan menjaga lingkungan, pastinya kita mendapat manfaat yang sangat besar. Selain bisa mencegah banjir, lingkungan bersih juga bisa menghindari kita dari wabah penyakit. Ayo, warga Banjarejo jangan ragu-ragu untuk menjaga lingkungan!

18 April 2010

Rempah-rempah untuk bumbu masak ternyata bermanfaat besar


PENGGUNAAN rempah-rempah merupakan cara mudah menambah rasa pada makanan tanpa menimbun banyak kalori. Selain itu, rempah-rempah dapur kaya akan manfaat sehat. Namun, banyak orang yang tidak tahu cara menggunakannya. Berikut beberapa manfaat rempah yang mudah digunakan dan bisa Anda variasikan dengan resep makanan lainnya.

Kemangi
Manfaat sehat: Mengandung antiperadangan dan antibakteri. Selain itu juga kaya akan magnesium.
Cara menggunakan: Perasa makanan satu ini bisa dipadukan dengan pesto, daging putih, dicampur dengan buah seperti strawberry atau tambahkan saja dengan tumisan. Jangan lupa menambahkannya saat hampir selesai memasak agar tidak merusak rasa.

Cabai merah
Manfaat sehat: Bekerja sebagai pereda rasa sakit alami, mengandung vitamin A dan berfungsi juga menurunkan kolesterol.
Cara menggunakan: Cabai tentunya bukan bumbu yang asing dalam menu masakan sehari-hari. Rasa pedasnya cocok juga dipadukan dengan saus berbahan dasar cuka, serta cocok dipadukan dengan berbagai jenis daging.

Dill
Manfaat sehat: Mengandung besi dan kalsium. Selain itu, kandungan minyaknya juga membantu menetralkan karsinogen.
Cara menggunakan: Herbal beraroma wangi ini sangat cocok dipadukan dengan salmon, rebusan atau dipadukan dengan sayuran (khususnya wortel dan ketimun), bahkan bisa juga ditambahkan ke yogurt.

Ketumbar
Manfaat sehat: Membantu mengontrol kadar gula darah, kolesterol dan produksi radikal bebas.
Cara menggunakan: Bumbu satu ini cocok dicampur ke dalam sup, ikan, dan daging asap seperti ayam. Bumbu ini bisa dihaluskan bersamaan dengan jintan.

Rosemary
Manfaat sehat: Mengandung serat, besi, dan kalsium. Herbal satu ini juga memperlancar sirkulasi darah dan pencernaan.
Cara menggunakan: Rasa khas rosemary cocok dipadukan dnegan berbagai jenis daging panggang (seperti ayam dan salmon) atau dicampur ke dalam saus untuk memperkaya rasa. Selain itu juga bisa dicampur dengan tomat, bayam, dan jamur.

Sage
Manfaat sehat: Mengandung asam yang berfungsi sebagia antioksidan. Selain itu, hasil studi juga menunjukkan kalau sage bisa memperkuat daya ingat.
Cara menggunakan: Dengan rasa yang agak pedas, sage cocok dipadukan dengan buah dan sayuran manis seperti apel dan labu, tapi bisa juga menambah rasa pada sosis dan berbagai jenis keju. Rasa sage juga tidak akan berkurang meski dimasak dalam waktu lama.

Kunyit
Manfaat sehat: Sumber mangan, besi dan vitamin B6. Bumbu satu ini juga bisa membantu meredakan radang sendi.
Cara menggunakan: bumbu berwarna kuning cerah ini umumnya digunakan dalam membuat kari, tapi bisa juga ditambahkan ke dalam berbagai jenis sayur kuah atau nasi.

Seledri
Manfaat sehat: Seledri mengandung vitamin K, C, A dan folat yang bagus untuk jantung.
Cara menggunakan: Bumbu serbaguna ini cocok dipadukan dengan pasta, ditaburkan di atas ikan atau ayam, sup, atau dicampur dengan kentang.

Sumber : Mediaindonesia.com

Wayang kulit


WAYANG salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan.
Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Walaupun cerita wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia.

Penyesuaian konsep filsafat ini juga menyangkut pada pandangan filosofis masyarakat Jawa terhadap kedudukan para dewa dalam pewayangan. Para dewa dalam pewayangan bukan lagi merupakan sesuatu yang bebas dari salah, melainkan seperti juga makhluk Tuhan lainnya, kadang-kadang bertindak keliru, dan bisa jadi khilaf. Hadirnya tokoh panakawan dalam_ pewayangan sengaja diciptakan para budayawan In­donesia (tepatnya budayawan Jawa) untuk mem­perkuat konsep filsafat bahwa di dunia ini tidak ada makhluk yang benar-benar baik, dan yang benar-benar jahat. Setiap makhluk selalu menyandang unsur kebaikan dan kejahatan.

Dalam disertasinya berjudul Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Tooneel (1897), ahli sejarah kebudayaan Belanda Dr. GA.J. Hazeau menunjukkan keyakinannya bahwa wayang merupakan pertunjukan asli Jawa. Pengertian wayang dalam disertasi Dr. Hazeau itu adalah walulang inukir (kulit yang diukir) dan dilihat bayangannya pada kelir. Dengan demikian, wayang yang dimaksud tentunya adalah Wayang Kulit seperti yang kita kenal sekarang.

Asal Usul

Mengenai asal-usul wayang ini, di dunia ada dua pendapat. Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt.

Alasan mereka cukup kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain.

Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah India.

Namun, sejak tahun 1950-an, buku-buku pe­wayangan seolah sudah sepakat bahwa wayang memang berasal dari Pulau Jawa, dan sama sekali tidak diimpor dari negara lain.

Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indo­nesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmur­nya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga In­dia, Walmiki. Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa kedalamnya. Contohnya, karya Empu Kanwa Arjunawiwaha Kakawin, yang merupakan gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya derigan cerita asli versi In­dia, adalah Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri (1130 - 1160).

Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak zaman pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata "mawa­yang" dan `aringgit' yang maksudnya adalah per­tunjukan wayang.

Mengenai saat kelahiran budaya wayang, Ir. Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang (1979), memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira 1.500 tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas tulisan Robert von Heine-Geldern Ph. D, Prehis­toric Research in the Netherland Indie (1945) dan tulisan Prof. K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indone­sia halaman 987.

Kata `wayang' diduga berasal dari kata `wewa­yangan', yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton di balik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pergelaran wayang hanya diiringi oleh seperangkat gamelan sederhana yang terdiri atas saron, todung (sejenis seruling), dan kemanak. Jenis gamelan lain dan pesinden pada masa itu diduga belum ada.

Untuk lebih menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak saat itulah cerita­cerita Panji; yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber. Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama Islam, di antaranya oleh para Wali Sanga. Mereka mulai mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan.

Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak, mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada pergelaran Wayang Kulit.

Sejak zaman Kartasura, penggubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan mahabarata makin jauh dari aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau Jawa. Dan selanjutnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang pakem. yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem.

Memang, karena begitu kuatnya seni wayang berakar dalam budaya bangsa Indonesia, sehingga terjadilah beberapa kerancuan antara cerita wayang, legenda, dan sejarah. Jika orang India beranggapan bahwa kisah Mahabarata serta Ramayana benar-benar terjadi di negerinya, orang Jawa pun menganggap kisah pewayangan benar-benar pernah terjadi di pulau Jawa.

Dikutip dari http://budayawayangkulit.blogspot.com/2009/01/wayang-kulit-wayang-salah-satu-puncak.html

16 April 2010

Prinsip-prinsip hidup orang Jawa, cocok untuk ditiru


Heran juga melihat banyaknya orang Jawa yang tersebar luas di segala penjuru dunia. Mereka seperti diterima dengan baik oleh lingkungan sekitar. Memang, watak karakter orang Jawa-lah yang menjadikan semua itu tidak musahil terjadi. 14 Prinsip Hidup Jawa yang bisa nggawe tentreme ati dan sumber inspirasi, mongo disimak.

1. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)

2. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).

3. Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli (Bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului; Tinggi tanpa harus melebihi)

4. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
(Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).

5. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).

6. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;Jjangan suka berbuat curang agar tidak celaka; dan Barang siapa yang ragu-ragu akan binasa atau merugi).

7. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).

8. Aja Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).

9. Sing Sabar lan Ngalah Dadi kekasih Allah (Yang sabar dan mengalah akan jadi kekasih Allah).

10. Sing Prihatin Bakal Memimpin (Siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang dan pemimpin).

11. Sing Resik Uripe Bakal Mulya (Siapa yang bersih hidupnya akan hidup mulya).

12. Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat).

13. Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (Keberanian, kekuatan dan kekuasaan dapat ditundukkan oleh salam sejahtera).

14. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

dari berbagai sumber.

05 April 2010

Ayo menghemat air !!


Pernah membayangkan bagaimana kalau tiba-tiba persediaan air kita mulai menurun? Kita tidak bisa mencuci, memasak, mandi, dan sebagai akibatnya, penyakit pun mengintai.

Sayangnya, itu bukan skenario dari Hollywood.

Saat ini, akibat penggunaan air yang boros dan penurunan luasnya daerah hijau, stok air bersih makin sedikit. Tapi jangan khawatir--Greenlifestyle sudah menyelidiki isu ini dan mengumpulkan beberapa tips yang gampang dilakukan di rumah, studio, kos (maupun rumah di pohon)

Nah, apa hubungan antara suplai air kita dan penurunan tingkat daerah hijau kota? Penggunaan air tanah secara berlebihan dan pembangunan ibukota dengan penggunaan tiang pancang besar (area hijau makin terbatas), menyebabkan permukaan tanah ibukota menurun. Setiap tahun, warga Jakarta mendapatkan 251.8 m3 air dari air tanah. Padahal, potensi air tanah yang dapat dimanfaatkan hanya 186.2 m3!

Alhasil, beberapa wilayah di Jakarta sudah merasakan sulitnya mendapatkan air bersih.

Jelas, untuk meghindari tenggelamnya kota besar seperti Jakarta (termasuk rumah kita), pengunaan air kita harus dikurangi. Pengurangan tersebut juga dapat membantu kita untuk menghemat pengeluaran biaya untuk mengakses air (listrik, pompa air tanah atau PDAM).



TIPS (mulai dari paling mudah)

* Cek kondisi sambungan antara pipa air dan keran di setiap titik saluran air yang ada di dalam rumah.

* Simpan air bekas saat cuci piring: Bak cuci piring 'double sink' lebih hemat air karena air keran tidak perlu mengucur terus saat mencuci. Gunakan satu ember di salah satu bak, dan buang air bekas cucian untuk menyiram tanaman atau WC.

* Botol dalam tanki WCMemasukkan botol air di tanki WC: Terdengar aneh kan? Padahal, memasukkan botol kemasan yang diisi air dalam tanki WC merupakan salah satu cara paling efektif, mudah dan murah untuk menggurangi pengunaan air saat flushing. Dalam 1 hari, kita membuang air sebanyak 2.5 botol galon air bersih hanya untuk membilas toilet. Dengan menggunakan botol air, kita bisa menghemat antara 15-20 liter per hari.

* Mandi 5 minit saja: Menghabiskan air bersih sekitar 30 liter saja, daripada menggunakan bathtub (bisa 60 liter).

* Gosok gigi dengan keran tertutup: Capek, kita suka lupa matikan keran saat sikat gigi. Tapi, membiarkan keran terbuka selama 1 menit itu sama dengan membuang 1 botol galon air bersih sehari.

* Memasang keran 'one touch': (liter air yang dihematkan per hari = 85%).

* Membuat lubang Biopori: Cara pembuatannya sangat mudah, yaitu dengan membuat lubang berdiameter 10 cm. Lubangnya diisi dengan sampah organik. Saat hujan turun, lubang ini akan terisi air. Air tersebut akan meresap ke dalam tanah dan diikat sebagai sumber air tanah yang nantinya akan kita butuhkan sebagai suplai air bersih.

* Memasang talang air: Dengan media penyalur air hujan ini, air hujan disalurkan ke bidang yang lebih rendah, misalnya ke selokan atau/dan ke sumur resapan.

* WC dual flush (sumber: http://www.flickr.com/photos/ann-dabney/3427470822/)Pilih toilet/wc dengan 'dual flush': Sistem pembilasannya terdiri atas dua pilihan, sesuai dengan kebutuhan.

Dari berbagai sumber.

Selamatkan air, selamatkan hidup


Air adalah salah satu kebutuhan utama semua mahluk hidup di dunia. Namun ketersediaan air bersih ternyata semakin menyusut. Jumlah air bersih yang tersimpan di ceruk bumi (aquifer) darat, laut, dan atmosfir, yang sebenarnya terbatas, terus menerus berkurang jumlahnya. Di masa mendatang, air akan menjadi begitu berharga dan mungkin segera menjadi komoditas utama dunia dan berpotensi menjadi sumber konflik yang cukup serius. Bagi negara dunia yang berada di kawasan Timur Tengah dan Afrika, ketersediaan air bersih telah lama menjadi masalah. Namun kini negara lain dengan jumlah penduduk yang besar seperti China, India, dan Amerika Serikat juga mulai merasakan masalah yang serupa.

Badan Pertanian Dunia (FAO) telah memperingatkan bahwa setidaknya lima miliar jiwa akan hidup dalam daerah yang amat minim air bersih di tahun 2025. Lebih dari setengah penduduk dunia akan hidup dalam kekeringan, mengais ikan yang tersisa dan merambah wilayah pantai yang telah tercemar selama 50 tahun terakhir. Limbah yang tak terkendali dan kebijakan penanganan air yang buruk menjadi penyebab utama dari semua masalah ini, terutama yang terjadi di negara berkembang. Demikian laporan dari Badan Lingkungan PBB (UNEP, United Nations Environment Programme) yang bekerja sama dengan lebih dari 200 pakar sumber daya air dunia.

"Kini, lebih dari 10 juta orang di dunia kesulitan mengakses sumber air bersih. Hal ini menandakan krisis, " ujar Halifa Drammeh dari UNEP. Lembaga ini, yang sejak tahun 2003 mencanangkan program Tahun Internasional bagi Air Bersih (International Year of Freshwater) bagi penduduk dunia, melaporkan terjadinya penyusutan terumbu karang dan garis pantai dunia akibat perubahan cuaca. Beberapa negara berkembang juga akan mengalami krisis air, gagal panen dan konflik seputar masalah pengelolaan air sungai dan telaga bila tidak melakukan langkah penyelamatan terhadap salah-kelola irigasi dan tidak memperbaiki pola pengelolaan sumber air tawar mereka.

Berdasarkan data dari NASA dan WHO, dilaporkan temuan data akan terjadinya krisis air yang mempengaruhi sekitar 400 juta jiwa saat ini akan berdampak serius pada setidaknya 4 miliar jiwa di tahun 2050 nanti. Pengelolaan fasilitas sanitasi yang tak memadai akan berdampak buruk terjadap lebih dari 2,4 miliar prnduduk dunia, dan jumlah ini merupakan 40 persen dari jumlah umat manusia yang ada. Separuh kawasan pantai, tempat di mana lebih dari semiliar orang menggantungkan hidupnya, bakal menyusut akibat pengembangan yang berlebihan atau pencemaran lingkungan.

Bagi anak balita, penyakit yang disebabkan oleh air yang tercemar (muntaber, diare dan sebagainya) merupakan salah satu ancaman utama bagi mereka. WHO melaporkan bahwa setengah dari jumlah ranjang rumah sakit di negara berkembang dihuni penderita balita yang menderita serangan penyakit seperti ini.

Pulau Jawa kehausan
"Masalah utamanya sebenarnya bukanlah pada soal keterbatasan air semata, namun juga karena masalah kemiskinan," tutur pakar ekonomi yang juga ahli sumber daya air, Chuck Howe dari Universitas Colorado. Lebih jauh dia menjelaskan bila 90 persen dari semua persoalan ini terjadi di negara berkembang, karena itu pemicu semua masalah ini sesungguhnya bukanlah persoalan air semata, melainkan masalah kemiskinan.

Krisis air sendiri sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi kita, karena di tahun 70-an, hal ini pernah mencuat sebagai isu utama dunia. Secara historis, masalah krisis air memang kurang bergema dibanding isu-isu lainnya yang dianggap lebih memikat seperti masalah ekonomi atau hak asasi. Namun pertumbuhan pesat penduduk dunia di era ini membuat masalah krisis air kembali menjadi perhatian utama dunia.

Beberapa masalah utama yang menandai terjadinya krisis air antara lain adalah tak tersedianya sumber air minum yang cukup saat ini bagi sekitar 1,1 miliar penduduk dunia. Kedua, pengambilan air tanah yang berlebihan ikut berperan bagi penyusutan lahan pertanian. Ketiga, polusi dan penggunaan mata air yang berlebihan mencederai keanekaragaman hayati yang ada. Keempat, mulai muncul berbagai konflik regional yang diakibatkan oleh berbagai kebijakan dan politisasi yang bersumber pada masalah penguasaan sumber air bersih.

Bagi kawasan lokal, seperti Pulau Jawa misalnya, krisis air yang membayang menjadi ancaman yang mencemaskan. Kekeringan mulai meresahkan para petani diberbagai sentra produksi padi. Lebih dari 800.000 hektar sawah di Pantura Jawa sudah puso dan ribuan hektar lainnya terancam gagal panen akibat kekurangan air. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika bahkan memperkirakan pada bulan Agustus, semua wilayah Indonesia akan mengalami kemarau panjang. Akibat kerusakan ekosistem hutan di berbagai wilayah ini, Pulau Jawa bisa mengalami defisit air empat kali setiap tahunnya. Menteri Negara Lingkungan Hidup bahkan telah menyatakan, di tahun 2005 Pulau Jawa telah mengalami defisit air 13 miliar meter kubik. Jumlah ini dipastikan terus bertambah setiap tahunnya.

Penyusutan air dan kekeringan yang berulang setiap tahunnya, tak saja karena fenomena alam, namun juga terjadi karena kerusakan lingkungan yang parah. Dibandingkan luas wilayah yang ada, hutan di Pulau Jawa hanya secuil 3.289.131 hektar. Dari jumlah ini, sekitar 1.714 juta hektar hutan . baik berupa hutan lindung atau hutan konservasi -berada dalam kondisi kritis. Kondisinya diperburuk dengan terseraknya lahan kritis di luar kawasan hutan, yang tahun ke tahun jumlahnya terus meningkat. Sumber di Balai Pemantapan Kawasan Hutan Jawa-Madura menyebutkan bahwa jumlah kawasan hutan yang harus dihijaukan mencapai 10.731 juta hektar, atau 84, 16 persen dari luas seluruh daratan Pulau Jawa. Dengan begitu, bisalah kita bayangkan bila di masa depan, Pulau Jawa akan semakin "kehausan". Dengan jumlah hutan yang minim, hanya sekitar 20 persen air hujan yang bisa diserap tanah. Sisanya mengalir percuma ke laut.

Padahal, menurut data di Kementrian Lingkungan Hidup, pada tahun 2003 saja, kebutuhan air di pulau terpadat se Indonesia ini sudah mencapai 38 milyar meter kubik. Bila air yang tersedia hanya sekitar 25,3 miliar meter kubik, terjadi defisit air bersih dalam jumlah yang cukup banyak, dalam satu periode saja.