02 July 2008

GOOD IDEA !!!

Cerdas dan KMB banget's tuh "ZOROSTER" yang punya ide briliant!
Mmm, qt coba bahas yuks...



Kotoran sapi merupakan limbah ternak yang dapat diproses menjadi pupuk kandang. Bahan organik dalam kotoran sapi dapat didekomposisi oleh bakteri indigen menjadi senyawa anorganik yang dapat diserap langsung oleh tanaman. Pembuatan pupuk kandang matang dapat dilakukan dengan cara dekomposisi anaerob dan aerob dari kotoran sapi. Kedua proses dekomposisi tersebut menghasilkan pupuk yang berbeda kualitasnya.

Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan keefektifan dekomposisi pupuk kandang segar melalui rekayasa lingkungan hidup mikroba. Hipotesis yang perlu dibuktikan adalah (1) pupuk kandang hasil dekomposisi anaerob kotoran sapi mengandung N, P, dan K lebih tinggi daripada pupuk kandang hasil dekomposisi aerob; (2) pupuk kandang hasil dekomposisi anaerob kotoran sapi mengandung C-organik, rasio C/N, kapasitas tukar kation (KTK), dan pH lebih rendah daripada pupuk kandang hasil dekomposisi aerob; (3) kotoran sapi yang terdekomposisi anaerob mengandung bakteri yang dominan; (4) pemberian kapur dan inokulum bakteri dominan mempercepat dekomposisi anaerob kotoran sapi; (5) pemberian pupuk kandang hasil dekomposisi anaerob dan aerob dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman paprika.

Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu (1) studi kualitas kotoran (faeses) sapi perah sebagai pupuk kandang; (2) rekayasa lingkungan hidup mikroba untuk meningkatkan keefektifan dekomposisi anaerob kotoran sapi perah; dan (3) pengaruh pupuk kandang hasil dekomposisi anaerob dan aerob faeses sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman paprika.

Penelitian tahap pertama dilakukan di laboratorium dan di lapangan, menggunakan dua perlakuan dekomposisi yaitu dekomposisi anaerob dan aerob, yang masing-masing diulang 10 kali. Peubah yang diamati adalah kandungan N, C-organik, rasio C/N, P, K, KTK, dan pH pada saat kotoran baru dikeluarkan dari sapi perah dan setelah terdekomposisi salama 2, 4, 6, 8, dan 10 minggu. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji-t untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan dekomposisi anaerob dan aerob. 't.


Penelitian tahap ke dua terdiri atas dua unit yaitu: (1) isolasi dan identifikasi bakteri dalam kotoran sapi yang terdekomposisi secara anaerob; (2) pengaruh pemberian kapur dan inokulum bakteri terhadap keefektifan dekomposisi anaerob. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan IImu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya. Peubah pengamatan meliputi kandungan N, C-organik, rasio C/N, P, K, KTK, dan pH. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan uji Beda Nyata Jujur 5%. Hubungan antara peubah pengamatan dengan waktu dekomposisi dianalisis menggunakan model regresi.

Penelitian tahap ke tiga ditujukan untuk menguji pengaruh pupuk kandang hasil dekomposisi anaerob dan aerob terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman paprika dilakukan di Rumah Kaca, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Peubah pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buah, berat buah, dan biomasa kering tanaman. Data-data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan uji Beda Nyata Jujur (BNJ 5%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah terdekomposisi anaerob salama 10 minggu, pupuk kandang mempunyai N, P, dan K lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang hasil dekomposisi aerob. Kandungan hara pupuk kandang hasil dekomposisi anaerob adalah 1,52% N; 0,68% P; dan 0,79% K; sedangkan pupuk kandang hasil dekomposisi aerob mengandung unsur N, P, dan K berturut-turut sebesar 1,14% N, 0,57% P, dan 0,67% K. Perbedaan kandungan unsur hara tersebut masing-masing sebesar 33,33%, 24,56%, dan 17,91 %.

Pupuk kandang yang terdekomposisi anaerob lebih cepat matang daripada pupuk kandang hasil dekomposisi aerob, terlihat dari penurunan rasio C/N. Setelah terdekomposisi anaerob salama 10 minggu, kotoran sapi sudah menjadi pupuk kandang matang dengan rasio C/N sebesar 19,73, sedangkan pupuk kandang hasil dekomposisi aerob mempunyai rasio C/N = 25,79. Pupuk kandang hasil dekomposisi anaerob mempunyai nilai pH lebih rendah daripada nilai pH pupuk kandang hasil dekomposisi aerob. Setelah terdekomposisi _salama 2, 4, dan 6 minggu; nilai pH pupuk kandang hasil dekomposisi anaerob berturut-turut sebesar 6,0; 6,5; dan 6,9. Sedangkan pH pupuk kandang hasil dekomposisi aerob masing-masing sebesar 7,1; 7,3; dan 7,5.

Dalam pupuk kandang hasil dekomposisi anaerob ditemukan enam genus bakteri yaitu Bacteroides, Butyrivibrio, Desulfovibrio, Methanobacterium, Ruminococcus, dan Selenomonas. Dari keenam genus bakteri yang didapat tersebut, Methanobacterium formicicum dan Selenomonas ruminantium merupakan dua spesies yang dominan. Jumlah masing-masing isolat per ml bahan berkisar antara 4,3 x 104 hingga 1,1 x 106. Jumlah terbanyak adalah Methanobacterium formicicum, yaitu 1,1 x 106.

Interaksi antara pemberian kapur dan inokulum bakteri berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan N, C-organik, rasio C/N, P, dan K pupuk kandang. Setelah kotoran sapi terdekomposisi salama 10 minggu, perlakuan kombinasi pemberian 3 g kapur/I dengan inokulum bakteri Methanobacterium formicicum dan Se/enomonas ruminantium dapat meningkatkan kandungan N, P, dan K pupuk kandang masing-masing sebesar 14,47%, 35,82%, dan 36,84% dibandingkan dengan tanpa pemberian kapur dan inokulum bakteri. Setelah terdekomposisi salama 6 minggu, perlakuan tersebut sudah menghasilkan pupuk kandang matang dengan rasio C/N sebesar 17,31. Dalam waktu yang sarna, pupuk kandang yang tidak diberi kapur dan inokulum bakteri mempunyai rasio C/N = 23,69.

Pemberian pupuk kandang cair hasil dekomposisi anaerob kotoran sapi perah menjngkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman paprika. Pemupukan dengan konsentrasi 500 mill air meningkatkan berat buah paprika segar sebesar 22,73% dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang. Pemberian pupuk kandang padat hasil dekomposisi anaerob dan aerob dosis setara 20 ton per ha menghasilkan berat buah paprika yang sarna dengan pupuk kandang cair konsentrasi 500 mill air. Ketiga perlakuan tersebut menghasilkan berat buah paprika segar berturut-turut sebesar 2,12 kg/tan; 2,05 kg/tan; dan 2,18 kg/tan. Sedangkan berat buah paprika segar tanpa pemberian pupuk kandang sebesar 1,80 kg/tan.

source :
Sudiarso, Graduate Airlangga University
mail :library@lib.unair.ac.id; libunair@indo.net.id;

So, para Muda Mudi Banjarejo yang katanya "the dream come true" bisa gak ngladenin tantangannya "ZOROSTER"??
Ssstt,tengok dunk kata mutiara milik Kakek Thomas Alfa Edison di bawah... Tul Banget khan?? Keep U Spirit Guy's...