15 May 2009

Dampak dahsyat Pemanasan Cuaca Global 2100 ancam Indonesia dan ASEAN

Global Warming telah semakin diambang zaman dan apabila bangsa-bangsa di kawasan ASEAN dalam bereaksi menghadapi pemanasan cuaca global bersikap selalu menunda-nunda tindakan maka kehidupan ekonomi serta rakyatnya akan mengalami derita yang parah. Pemanasan cuaca global merupakan ancaman yang amat seurieus mengancam seluruh lapisan masyarakat di negara-negara ASEAN, terutama dalam ketersediaan pangan dan tingkat kesejahteraan umumnya. Demikian wanti-wanti yang dicetuskan Ursula Schaefer-Preuss, vice president ADB : Asian Development Bank bidang knowledge management and sustainable development mengungkap kajian terkini ADB bertepatan dengan sidang tahunan ADB di Bali awal Mei yang momennya berdekatan dengan ajang “WOC 2009” : World Ocean Conference yang dimulai hari ini 11 Mei 2009 di Manado.
Kajian ADB menegaskan bahwa apabila tidak ada tindakan apapun yang dilaksanakan guna menghambat kemunculan Global Warming di ASEAN, maka 4 (empat) negara ASEAN : Indonesia, Philipina, Thailand, dan Vietnam yang kondisinya berkarakter hampir serupa, yakni tingginya jumlah penduduk yang hidup di pemukiman pantai yang bakal terancam menghadapi kenaikan muka laut serta banyaknya rakyat yang kehidupannya bergantung pada pertanian padi dan produk agrikultur lainnya yang akan dapat menderita berhadapan dengan kondisi kelangkaan air saat musim kemarau dan sebaliknya banjir parah pada musim hujan.
Negeri Vietnam disebut-sebut negeri yang bakal paling parah terancam mega bencana.


Dalam rincian kajian diungkapkan bahwa keempat negeri di ASEAN tersebut di atas menjadi fokus perhatian utama ADB yang memprakirakan bahwa memasuki tahun 2100 mendatang kawasan ASEAN akan mengalami kenaikan suhu yang mencapai setinggi 4,8 Celcius lebih panas jika dibanding suhu pada tahun 1990-an. Kondisi mana disertai semakin berkurangnya curah hujan yang langsung berdampak pada kekeringan yang parah serta kebakaran hutan yang juga semakin sering serta dahsyat. Diperkirakan semakin parah pula peristiwa banjir yang juga diakibatkan oleh kenaikan permukaan air laut yang juga berarti kemungkinan besar terjadi tekanan kebutuhan berjuta jiwa manusia yang harus mengalami mitigasi atau dipindahkan akibat pemukimannya terlanda banjir dampak kenaikkan muka air laut maupun kejadian badai tropis yang lebih kuat serta berdaya lebih merusak. Dan terdapat pula kemungkinan buruk berupa kerusakkan atau bahkan musnahnya 2.500 Km persegi kawasan hutan mangrove di negara-negara ASEAN yang sediakalanya berperan amat vital dalam menjaga keseimbangan habitat alami lautan maupun sebagai penyangga kehidupan kawasan pemukiman pantai.
Indonesia sungguh telah mengambil peranan yang tepat selaku tuan rumah kongres “WOC 2009” berikut pertemuan puncak CTI : “Coral Triangle Innitiative” di Manado yang diantaranya jelas akan membahas sedemikian vitalnya kelestarian terumbu karang dan sumber daya kelautan sebagai bagian dari upaya dunia dalam menghadapi ancaman pemanasan global, sesuai dengan thema konferensi “Climate Change Impacts on Oceans and The Role of Oceans in Climate Change”
Himpunan rencana tindak : action plan rumusan dari sekitar 120 negara yang mengikuti ajang “WOC 2009” di Manado dapat menjadi salah sebuah landasan penting menjelang dilangsungkannya konferensi PBB panel IPCC : International Panel on Climate Change di Copenhagen bulan Desember 2009 yang diagendakan untuk menyiapkan rumusan awal mengenai regulasi pengurangan emisi gas carbon menggantikan Kyoto Protocol (1998) yang keberadaannya segera akan berakhir pada tahun 2012.


Sumber: Up-dates situs WOC-2009 / Rizal Aachtung

2 comments:

andreas said...

Selamatkan Nelayan dan Taman Bermain Anak-anak Laut

samar-samar
kerang laut masih gaungkan nyanyi lamat=lamat

nenek moyangku orang pelaut……

ya,
kelak anak-anak kami
yang kini masih bahagia bermain di pekarangan laut kami...

memang harus diakui
tidak leluasa lagi
ada ceceran limbah minyak bumi, sampah-sampah dan limbah industri
juga dari dapur dan kakus penduduk kota
juga abrasi air laut

bisa berpenghidupan, di ladang ikan ini
bangga mengarungi seribu lautan
untuk mengangkut dan memperdagangkan hasil bumi
mengibarkan harga diri kami

menjadi manusia sejati

atau

naga

api

laut, O! ikan, O! asin itu asin, api itu amarah

endirafid said...

Aq pernah liat di tv klo banyak nelayan lokal yang menggunakan bom, racun, dan merusak habitat lautnya sendiri.
Padahal di tempat itu mereka mencari nafkah, tapi koq malah dirusak sendiri.
Dasar orang yg aneh...